Oleh Hernowo
Rasa-rasanya saya seperti berhadapan dengan tembok yang sangat tebal apabila
diminta oleh seseorang untuk memberikan tips atau saran yang manjur terkait
dengan pembangkitan minat baca di negeri ini. Bukan karena saya tidak punya tips
atau saran. Bukan juga karena saya sudah merasa pesimis atau, bahkan, hopeless
terlebih dahulu. Dan, tentu, bukan juga karena saya pelit karena tidak mau
memberikan tips atau saran tersebut.
Persoalannya adalah tips atau saran yang saya miliki itu ya itu-itu melulu.
Misalnya, saya tentu akan menganjurkan agar diciptakan teladan-teladan membaca
sebanyak-banyaknya di lingkungan di mana pembangkitan minat baca itu akan
diselenggarakan. "Coba ajak para tokoh atau 'public figures' untuk mau
membawa-bawa buku," demikian tambahan saya. Lalu, biasanya, saya juga
menyarankan kepada para sukarelawan agar memenuhi sekolah-sekolah dan
perpustakaan-perpustakaan dengan pelbagai poster yang atraktif tentang manfaat
membaca.
Yang lain, yang menurut saya dapat dilakukan oleh siapa saja, adalah mendorong
sekuat tenaga agar para guru dan orangtua, setiap hari, mau menyempatkan waktu
barang 10-15 menit untuk mengenalkan satu buku (terutama sosok pengarangnya)
kepada para anak didik dan putra-putrinya sendiri. Saya membayangkan, jika ini
bisa dilakukan secara kontinu dan konsisten, secara berdisiplin tinggi, saya kok
yakin akan ada perubahan-perubahan signifikan terkait dengan budaya baca bangsa
kita ini.
Nah, saya bersyukur karena dua hari lalu mendapat tambahan ide-dahsyat terkait
dengan upaya pembangkitan minat baca ini. Ide itu datang dari sahabat saya,
Munif Chatib. Dia mengirimkan ide-dahsyat itu via Facebook. Dan ide itu tak
hanya dikirimkan kepada saya tetapi kepada banyak sekali orang. Bunyinya begini:
Budaya baca di Indonesia paling rendah di Asia Timur. Seandainya membaca
dijadikan sebuah solusi untuk mengatasi masalah, terutama di sekolah-sekolah,
mungkin lain ceritanya. Ayo para guru Indonesia mulailah membuat soal-soal
kognitif untuk setiap bab pada bidang studi dengan OPEN BOOK. Dampaknya sangat
luar biasa. Pelajar kita akan terbiasa dengan membaca untuk menyelesaikan
masalah. Tinggalkan soal-soal pilihan ganda dan CLOSING BOOK---karena ini tidak
melatih para pelajar kita untuk berpikir kritis. Bahkan mereka akan terjebak
pada kebiasaan berpikir TEBAK-TEBAKAN. Bangkitlah pendidikan Indonesia.
Bagaimana menurut Anda? Katanya lagi---dalam kesempatan yang lain---Finlandia
dulu menggunakan cara seperti itu untuk merevolusi pendidikannya. Itu di
Finlandia, batin saya. Di sini, siapa yang mau peduli dan mau melakukannya?[]
Sumber: milis 1001buku oleh "hernowo hasim"
0 comments:
Posting Komentar