Catatan I : Bincang Santai Antar Pengelola Taman Bacaan ~ 15.01.2011 (In progress)

Menindaklanjuti dua pertemuan rutin mingguan sebelumnya , kali ini beberapa kawan pengelola Taman Bacaan mencoba untuk lebih serius dalam menunjukkan keinginan dan kemauan untuk bersatu , menyatukan diri , merapatkan barisan guna meraih , mencapai serta merealisasikan satu tujuan demi kemaslahatan bersama yang jauh lebih besar dalam scoupe Ke-Indonesia-an. Obrolan serius namun santai sesi I dimulai saat waktu genap menunjukkan pukul 14. Diawali dengan perbicangan segitiga dengan Mba Julay (Taman Bacaan Masyarakat Syakhira , Condet ) dan Mas Yudi (Rumah Baca Zhaffa (RBZ) , Manggarai).
Topik awal yang digulirkan cukup sederhana : mengapa dari Perpustakaan , kemudian dapat berkembang menjadi berbagai macam bentuk dan variasi nama , sebutlah Taman Bacaan , Rumah Baca dan Belajar , Rumah Singgah , dll. Namun arah diskusi segera cepat dibelokkan untuk lebih dapat mengenal , memahami dan mengetahui latar-belakang kisah dan cerita dibalik pendirian masing-masing Taman Bacaan. (Selanjutnya akan digunakan istilah TBM (Taman Bacaan Masyarakat atau ada juga yang menafsirkan huruf M dari kependekan kata Mandiri) yang mungkin lebih populer dipahami kini). Tentunya ada kandungan informasi , hikmah belajar dan nilai pembelajaran yang dapat dipetik dimulai sejak terbersitnya ide dan gagasan pendirian hingga proses perjuangan yang sarat akan guratan nuansa suka-dukanya. Rencananya setiap kisah sejarah yang melatarbelakangi maupun tujuan didirikannya masing-masing TBM akan kita coba kumpulkan menjadi satu bahan buku tersendiri. Apakah ada faktor-faktor kesamaan dan perbedaan akan 'warna' , maupun 'karakter' yang melandasinya?
Kemudian kita bergerak memasuki satu lapis tataran ide untuk menjadikan Asosiasi TBM sebagai satu payung besar perjuangan dalam mentransfer pengetahuan dan keilmuan , keahlian serta ketrampilan kepada masyarakat luas. Bisakah TBM mencakup PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) , menyatukan seluruh komponen masyarakat (individu , organisasi , CSR Perusahaan , Pilar-pilar pendidikan dan Pemerintah dll) agar dapat bersinergi , berpartisipasi aktif bersama membangun negri. Jika ini terlalu muluk , tak ada salahnya bila kita gantungkan ide dan gagasan ini sebagai satu cita dan asa kolektif. Bukankah orang bijak pernah berkata : Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit , seluas semesta.
Bila mimpi adalah langkah pembuka tabir cita , tak ada salahnya untuk menengok kembali postingan di awal minggu januari lalu terkait dengan hal ini. Hanya saja ketika itu 'Rumah Baca dan Belajar' yang dijadikan sebagai model pilihan.
-----
Dimulai dari sebuah mimpi bahwa Rumah Baca dan Belajar adalah hak sekaligus kewajiban masyarakat guna memandaikan serta memperkaya dirinya dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Transfer keilmuan dan keahlian perlu terjadi ...secara merata lagi menyeluruh demi satu tujuan : menjadikan bangsa ini bangsa yang produktif dan skillfull. Rumah Baca dan Belajar adalah sebuah peran dan aksi dari seluruh Masyarakat , Oleh Masyarakat dan Untuk Masyarakat. Semangat berbagi dalam kebersamaan inilah yang diharapkan dapat kembali tumbuh subur dalam membangun negri mencapai kehidupan yang lebih baik , penuh kasih-sayang , diikat oleh rasa empati dan kepedulian mendalam dimana pada gilirannya akan tercermin pada sikap hidup yang penuh akan nilai toleransi.
Menyisakan satu pertanyaan penting kemudian.... Mau dan telah siapkah masyarakat Indonesia , terutama bagi mereka lapisan masyarakat terdidik dan memiliki dedikasi tinggi untuk mengubah keadaan? Bukanlah hanya sekedar kemauan ucap dan berkata yang mudah terhenti pada tataran kata maupun kalimat. Berkaca pada pengalaman pergerakan kebangkitan nasional , yakni dimulai dari tumbuhnya kesadaran masal lalu terkristal dalam segenap kesatuan dan persatuan yang menyebar ke seluruh pelosok negri maka begitu pulalah proses yang perlu dilalui kini untuk mensukseskan gerakan kebangkitan nasional versi II , mungkin dengan slogan Gerakan Kebangkitan Kebaikan Nasional. Kehadiran dari 'Rumah Baca dan Belajar' yang telah mulai semarak tumbuh secara sporadis di tiap jengkal tanah pertiwi perlu disatukan , dikoordinasikan dalam memainkan peran sebagai 'Agent Of change'
----
Pukul 15 , dua perwakilan dari Taman Bacaan Alfabet - Limo , Depok tiba (Mas Balad dan Mas Yanto). Obrolan sesi II kembali dilanjutkan dengan tambahan beberapa personel dari tuan rumah , RBZ. Dua poin pokok menjadi inti pembahasan kali ini , yaitu satu : dibutuhkannya sebuah nama atau wadah pemersatu antar TBM se Indonesia untuk bergerak dan berjuang secara bersama dalam satu koordinasi. dua : Agenda dan kegiatan kerjasama kongkrit di bulan Februari-Maret.
bersambung
0 comments:
Posting Komentar